PBSID FKIP UMS

Sabtu, 07 September 2019



Judul Buku: Jangan Ambil Rumah Kami
Pengarang: Erminawati
Tahun Terbit: 2018
Penerbit: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur

Ringkasan Buku:Buku “Jangan Ambil Rumah Kami” merupakan buku bacaan untuk siswa SD kelas pemula, yaitu kelas 1, 2, dan 3. Buku ini menceritakan tentang kehidupan burung pipit bernama Pita. Pada mulanya Pita, ibu, dan teman-temannya hidup damai di desa. Setiap pagi mereka berkicau dan mencari makan di sawah. Saat mencari makan di sawah, Pita tidak pernah diusir oleh pemilik sawah. Pemilik sawah menyadari bahwa burung tidak makan banyak. Namun, seiring berjalannya waktu, sawah yang tadinya dijadikan lahan pertanian diubah menjadi pabrik. Profesi petani banyak yang beralih menjadi karyawan pabrik. Anak-anak yang semula senang bermain air di sungai memilih untuk menonton TV dan bermain HP. Burung yang tadinya bisa terbang dengan leluasa menjadi objek ketapel untuk dikurung dalam sangkar. Hati manusia sebagian sudah berubah dari ramah menjadi serakah. Tidak peduli dengan kerusakan lingkungan di sekitarnya.

Kelebihan Buku:
Kelebihan buku ini adalah kandungan pesan moral yang disajikan secara eksplisit dalam cerita. Ilustrasi yang disajikan sangat mendukung cerita yang ditulis. Buku ini sangat cocok untuk menanamkan kecerdasan ekologis sejak dini.

Kelemahan Buku:
Buku ini sangat baik, sehingga saya tidak bisa menemukan kelemahan dalam buku ini.

Saran:
Untuk penulis, semangat berkarya untuk mencerdaskan anak bangsa

Link Youtube STT-TTS:
https://www.youtube.com/watch?v=yQpRc3EUc60&feature=youtu.be





Review Rumah Belajar 1
Judul Buku: Jaga Alam dengan Tradisi Nusantara
Pengarang: Ridhani Pangestuti dan M. Ali Sofi
Tahun Terbit: 2018
Penerbit: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun Jakarta Timur

Ringkasan Buku:
Buku ini merupakan buku bacaan untuk anak SD kelas 4, 5, dan 6 yang mendukung program literasi ekologi. Buku ini berisi materi tentang
1.       Menjunjung Tanah Air
2.       Alam Sahabat Kita
3.       Lumrah yang Membuat Masalah
4.       Bencana Ulah Manusia
5.       Kembali ke Alam dengan Tradisi
6.       Tradisi Nusantara, Menciptakan Harmoni .
7.       Anugerah dari Alam
Pada bagian menjunjung tanah air diawali dengan lagu dari sabang sampai merauke yang menggambarkan bahwa cinta tanah air digambarkan dengan cinta lingkungan.  Alam sahabat kita menceritakan perjalanan Tomo, Udin, Kuswara, Tati, dan Endah menjelajah alam. Topik lumrah membuat masalah menjabarkan tentang aktivitas yang biasa dilakukan manusia  yang berdampak buruk terhadap lingkungan, yaitu: (1) membuang sampah sembarangan; (2) menggunakan kantong plastik berlebihan; (3) tidak menggunakan transportasi umum (menggunakan mobil pribadi; (4) menyalakan televisi tetapi tidak ditonton; (5) menggunakan tisu dan kertas secara berlebihan; (6) lupa menutup kran; (7) membakar sampah; (8) menggunakan pestisida; (8) sering membuka kulkas; dan (9) membuang makanan. Bencana ulah manusia menggambarkan tentang perilaku  manusia seperti pembakaran hutan, pembalakan dan penebangan hutan secara liar, penambangan, penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan, dan limbah pabrik yang tidak terurus. Kembali ke alam dengan tradisi menjelaskan tentang tradisi Jawa dalam kaitannya dengan pengelolaan lahan pertanian, yaitu dengan pranata mangsa, nyabuk gunung, merti desa, dan mitos yang berkembang di masyarakat.  Bagian tradisi nusantara menciptakan harmoni memaparkan tentang tradisi nusantara di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, dan Papua. Anugerah dari alam menekankan bahwa menjaga kelestarian alam dengan kearifan lokal.

Kelebihan:
Buku ini sangat cocok untuk menjadi bahan bacaan anak SD.  Bagian awal bab  yang dimulai dengan lagu Dari Sabang Sampai Merauke dapat menarik perhatian pembaca. Penjelasan masalah kerusakan lingkungan dalam bentuk cerita memudahkan pembaca dalam memahami isi dan pesan yang disampaikan. Topik yang diangkat sederhana tetapi sangat penting. Deskripsi tentang tradisi nusantara untuk pelestarian alam disajikan secara detail.

Kekurangan:
Pada bagian tradisi nusantara menciptakan harmoni tidak dilengkapi dengan ilustrasi implementasi tradisi. Hal ini menyebabkan pembaca harus mencari tahu realisasi implementasi tersebut dari sumber yang berbeda. Penggunaan bahasa daerah yang dominan juga menyulitkan pemahaman pembaca, apalagi jika pembaca berlatar belakang budaya Jawa.

Saran:
Bagian tradisi nusantara menciptakan harmoni hendaknya dilengkapi dengan ilustrasi implementasi tradisi tersebut sehingga pembaca mempunyai gambaran secara utuh tentang pelaksanaan tradisi nusantara yang dapat menjaga kelestarian alam.


Link Youtube STT_TTS:
https://www.youtube.com/watch?v=50sbt2bpyk8&feature=youtu.be

Kamis, 29 November 2012

Penggunaan Kata Kurban dan Korban


Kata kurban dan korban sebenarnya berasal dari kata yang sama yaitu qurban yang diserap dari bahasa arab. Kedua kata tersebut merupakan kata baku di dalam bahasa Indonesia.  Meskipun kedua kata tersebut berasal dari kata yang sama yaitu qurban, tetapi kedua kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Penggunaan kedua kata tersebut disesuaikan dengan konteks kalimat yang disampaikan oleh penutur.
Kata kurban bermakna  (1) persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, kambing, kerbau,  sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji), misalnya:  Ia menyembelih sapi  untuk kurban.; (2)  pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa, misalnya: Setahun sekali diadakan upacara mempersembahkan kurban kepada Batara Brahma.
 Kata kurban dapat berubah bentuk menjadi kata berkurban dan mengurbankan. Kata berkurban  bermakna mempersembahkan kurban dan kata  mengurbankan bermakna  mempersembahkan sesuatu sebagai kurban dan  membuat (menyebabkan) orang lain menjadi kurban.
Kata korban bermakna (1) pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; (2) orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya, misalnya:  Sepuluh orang korban tabrakan itu dirawat di rumah sakit Bogor.
 Kata korban dapat berubah menjadi kata berkorban, mengorbankan, dan pengorbanan. Berkorban dapat bermakna (1) menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; (2) menjadi korban; (3) menderita (rugi); dan (4)  memberikan sesuatu sebagai korban, misalnya: Kami rela berkorban demi kejayaan nusa dan bangsa.
Kata mengorbankan bermakna: (1) memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya, misalnya: Dia bersedia mengorbankan hartanya untuk perjuangan kemerdekaan bangsanya.; (2) menjadikan sesuatu sebagai korban. Kata pengorbanan bermakna proses, cara, perbuatan mengorbankan.
            Akibat ketidak hati-hatian pemakai bahasa, kedua kata tersebut sering dipertukarkan pemakainnya. Contoh.
(1)   Daging korban itu akan dibagikan kepada masyarakat di luar daerah.
(2)   Jumlah kurban gempa bumi yang tewas belum bisa diidentifikasi.
Kedua kalimat tersebut tidak baku karena penggunaan kata korban dan kurban yang tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Berdasarkan pada konteks kedua kalimat tersebut, kata korban pada kalimat pertama seharusnya kurban dan kata kurban pada kalimat kedua seharusnya korban. (Bahasa Kita, 29 November 2012)

Selasa, 13 November 2012

Penilaian Tertulis (Tes)


1.Apakah yang dimaksud dengan tes tertulis?
2.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut individu yang dites!
3.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut jawabannya!
4.Dilihat dari segi cara menjawabnya, tes verbal dibagi menjadi 2, sebut dan jelaskan!
5.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut penyusunnya!
6.Sebutkan 4 jenis tes pengukur keberhasilan!
7.Apa yang dimaksud dengan tes kemampuan awal? Serta sebut dan jelaskan macam tes kemampuan awal!
8.Apa yang dimaksud dengan tes diagnostik?
9.Apa yang dimaksud dengan tes formatif?
10.Apa yang dimaksud dengan tes sumatif?

Minggu, 21 Oktober 2012

Penilaian Sikap

1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian sikap?
2. Sebutkan objek-objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran!
3. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam penilaian sikap?Berikan contoh!

Penilaian Kinerja (Unjuk Kerja)

1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kinerja (unjuk kerja)?
2. Sebutkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja!
3. Sebut dan jelaskan instrumen yang dapat digunakan untuk mengamati unjuk kerja peserta didik!
4. Tentukan sebuah KD yang cocok dikembangkan menggunakan penilaian kinerja!
5. kembangkan instrumen untuk mengukur KD tersebut!

Selasa, 02 Oktober 2012

Penilaian Kelas

Jawablah pertanyaan berikut ini di buku tugas Saudara!
1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kelas?
2. Paparkan keunggulan-keunggulan penilaian kelas!
3. Uraikan tujuan penilaian kelas baik secara umum maupun secara khusus!
4. Sebutkan manfaat penilaian kelas secara umum, bagi guru, bagi peserta didik, dan bagi orang tua
5. Sebutkan fungsi penilaian kelas!
6. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip penilaian kelas!
7. Sebutkan karakteristik penilaian kelas dan jelaskan dengan singkat karakteristik tersebut!
8. Apa saja implikasi dalam penilaian kelas?
9. Sebutkan rambu-rambu penilaian kelas!