PBSID FKIP UMS

Kamis, 29 November 2012

Penggunaan Kata Kurban dan Korban


Kata kurban dan korban sebenarnya berasal dari kata yang sama yaitu qurban yang diserap dari bahasa arab. Kedua kata tersebut merupakan kata baku di dalam bahasa Indonesia.  Meskipun kedua kata tersebut berasal dari kata yang sama yaitu qurban, tetapi kedua kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Penggunaan kedua kata tersebut disesuaikan dengan konteks kalimat yang disampaikan oleh penutur.
Kata kurban bermakna  (1) persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, kambing, kerbau,  sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji), misalnya:  Ia menyembelih sapi  untuk kurban.; (2)  pujaan atau persembahan kepada dewa-dewa, misalnya: Setahun sekali diadakan upacara mempersembahkan kurban kepada Batara Brahma.
 Kata kurban dapat berubah bentuk menjadi kata berkurban dan mengurbankan. Kata berkurban  bermakna mempersembahkan kurban dan kata  mengurbankan bermakna  mempersembahkan sesuatu sebagai kurban dan  membuat (menyebabkan) orang lain menjadi kurban.
Kata korban bermakna (1) pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; (2) orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya, misalnya:  Sepuluh orang korban tabrakan itu dirawat di rumah sakit Bogor.
 Kata korban dapat berubah menjadi kata berkorban, mengorbankan, dan pengorbanan. Berkorban dapat bermakna (1) menyatakan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya; (2) menjadi korban; (3) menderita (rugi); dan (4)  memberikan sesuatu sebagai korban, misalnya: Kami rela berkorban demi kejayaan nusa dan bangsa.
Kata mengorbankan bermakna: (1) memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian, kesetiaan, dan sebagainya, misalnya: Dia bersedia mengorbankan hartanya untuk perjuangan kemerdekaan bangsanya.; (2) menjadikan sesuatu sebagai korban. Kata pengorbanan bermakna proses, cara, perbuatan mengorbankan.
            Akibat ketidak hati-hatian pemakai bahasa, kedua kata tersebut sering dipertukarkan pemakainnya. Contoh.
(1)   Daging korban itu akan dibagikan kepada masyarakat di luar daerah.
(2)   Jumlah kurban gempa bumi yang tewas belum bisa diidentifikasi.
Kedua kalimat tersebut tidak baku karena penggunaan kata korban dan kurban yang tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Berdasarkan pada konteks kedua kalimat tersebut, kata korban pada kalimat pertama seharusnya kurban dan kata kurban pada kalimat kedua seharusnya korban. (Bahasa Kita, 29 November 2012)

Selasa, 13 November 2012

Penilaian Tertulis (Tes)


1.Apakah yang dimaksud dengan tes tertulis?
2.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut individu yang dites!
3.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut jawabannya!
4.Dilihat dari segi cara menjawabnya, tes verbal dibagi menjadi 2, sebut dan jelaskan!
5.Sebut dan jelaskan jenis tes menurut penyusunnya!
6.Sebutkan 4 jenis tes pengukur keberhasilan!
7.Apa yang dimaksud dengan tes kemampuan awal? Serta sebut dan jelaskan macam tes kemampuan awal!
8.Apa yang dimaksud dengan tes diagnostik?
9.Apa yang dimaksud dengan tes formatif?
10.Apa yang dimaksud dengan tes sumatif?

Minggu, 21 Oktober 2012

Penilaian Sikap

1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian sikap?
2. Sebutkan objek-objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran!
3. Teknik apa saja yang dapat digunakan dalam penilaian sikap?Berikan contoh!

Penilaian Kinerja (Unjuk Kerja)

1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kinerja (unjuk kerja)?
2. Sebutkan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja!
3. Sebut dan jelaskan instrumen yang dapat digunakan untuk mengamati unjuk kerja peserta didik!
4. Tentukan sebuah KD yang cocok dikembangkan menggunakan penilaian kinerja!
5. kembangkan instrumen untuk mengukur KD tersebut!

Selasa, 02 Oktober 2012

Penilaian Kelas

Jawablah pertanyaan berikut ini di buku tugas Saudara!
1. Apakah yang dimaksud dengan penilaian kelas?
2. Paparkan keunggulan-keunggulan penilaian kelas!
3. Uraikan tujuan penilaian kelas baik secara umum maupun secara khusus!
4. Sebutkan manfaat penilaian kelas secara umum, bagi guru, bagi peserta didik, dan bagi orang tua
5. Sebutkan fungsi penilaian kelas!
6. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip penilaian kelas!
7. Sebutkan karakteristik penilaian kelas dan jelaskan dengan singkat karakteristik tersebut!
8. Apa saja implikasi dalam penilaian kelas?
9. Sebutkan rambu-rambu penilaian kelas!

Minggu, 23 September 2012

Bahasa Remaja


 Oleh: Laili Etika Rahmawati, S.Pd., M.Pd.
Terlepas dari perdebatan antara kelompok yang pro dan kontra, keberadaan bahasa remaja adalah sebuah fakta bahasa yang patut dicermati. Sebagai sebuah bentuk variasi bahasa, bahasa remaja adalah sebuah fenomena yang akan terus berubah dan terus ada yang dicoraki dengan pola dan karakteristik yang berbeda seiring dengan perubahan umat manusia. Perubahan itu akan selaras dengan zaman, teknologi, dan media yang dipakai. Penggunaan bahasa Indonesia oleh remaja seringkali mengalami “abreviasi”.
Menurut Kridalaksana (2008) abreviasi adalah proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Peristiwa abreviasi kata atau ujaran dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu singkatan, perubahan huruf, dan pemakaian kata lain.
Singkatan merupakan hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Misalnya: Aq = aku; tw = tahu; dy = dia; jLz = jelas; Kyx = kayaknya; lw =kalau; gi = lagi; nda = ndak = tidak; makasih = terima kasih.
Perubahan huruf terdiri atas pergantian huruf dan penambahan huruf. Pergantian huruf misalnya: s ditulis z (uzh =usah; jlz =jelas); t ditulis d (skid = sakit; lwad = lewat; sngad =sangat); y ditulis i (saiank = sayang); au atau ua ditulis w (lw = kalau; sswtu = sesuatu; ia ditulis y (dy = dia); ng ditulis k (yk = yang); dan nya ditulis x (jmplx = jempolnya). Penambahan huruf misalnya: aq….Gk…Tauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….mw….nuliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiizzzzz..ap@? (aku tidak tahu mau menulis apa?)    
Pemakaian kata lain ialah pemakaian kata selain dari bahasa Indonesia untuk sebuah konsep yang sebenarnya sudah ada padanannya di dalam bahasa Indonesia. Misalnya: Hehehe …ol lwad hp ue? (Hai online lewat handphone ya?). pemakaian kata ol =online dan hp =handphone menunjukkan pemakaian istilah bahasa Inggris yang dapat digantikan oleh daring (dalam jaringan) dan tg (telepon genggam).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa seorang penutur dapat memutuskan untuk memakai sebuah bentuk bahasa ditentukan oleh konteks. Remaja yang menggunakan bahasa remaja biasa disebut dengan komunitas Alay alias anak layangan.(Solopos, 13 September 2012, halaman 5)

Minggu, 26 Agustus 2012

Kedwibahasaan


Oleh: Laili Etika Rahmawati
 Kedwibahasaan merupakan fenomena yang ada dan hidup di setiap negara di dunia. Kedwibahasaan merupakan hal yang terdapat di mana-mana baik di negara-negara yang secara resmi monolingual apalagi di negara-negara yang bilingual. Kedwibahasaan merupakan cara hidup alamiah ratusan juta manusia di bumi.
Jika diyakini bahwa bahasa dapat menyebabkan konflik, maka kedwibahasaan penting kita perhatikan karena dapat memunculkan permasalahan. Permasalahan yang bertalian dengan kedwibahasaan bukan hanya menjadi masalah linguistik, tetapi juga menjadi masalah politik , sosial, dan pendidikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa tidak mungkin terlepas dari kedwibahasaan. Penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan tidak menimbulkan masalah, sedangkan perbedaan akan menimbulkan masalah, khususnya bagi siswa dalam belajar bahasa kedua, dalam hal ini bahasa Indonesia.
Ada beberapa perbedaan yang lazim kita temui dalam perilaku berbahasa di masyarakat, di antaranya adalah penggunaan akhiran dalam bahasa Jawa, sedangkan bahasa Indonesia tidak.
Contoh:
Dolanane adik  (mainan adik)
Sawahe bapak (sawah bapak)
Di dalam kenyataannya pemakaian bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa yang berbahasa ibu bahasa Jawa sering mengatakan ‘mainannya adik’ dan ‘sawahnya bapak’ yang merupakan bentuk yang tidak tepat.
Perbedaan selanjutnya yaitu struktur kata yang tidak sama antara frasa bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Contoh:
Ngarep dewe (paling depan)
Amba dewe (paling luas)
Perbedaan ini sering menimbulkan terjadinya interferensi bagi siswa yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Mereka sering mengatakan ‘depan sendiri’ (Tika duduk di bangku depan sendiri) atau (Di kursi paling depan sendiri Tika duduk).
Selain dua perbedaan di atas terdapat juga perbedaan penggunaan kata bilangan dalam frasa.
Contoh:
Kebo telu (tiga ekor kerbau)
Kertas selembar (selembar kertas)
Perbedaan ini sering mengakibatkan terjadinya interferensi, seperti terlihat pada kalimat:
Pak Andi membeli kerbau tiga ekor.
Amir memberiku kertas selembar.
            Berdasarkan deskripsi di atas, maka permasalahan yang timbul akibat perbedaan antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia perlu diantisipasi sedini mungkin dengan cara memahami perbedaan masing-masing bahasa sehingga tidak terjadi hambatan dalam mempelajari bahasa kedua dan kesalahan yang terjadi tidak dianggap sebagai suatu kelaziman (Solopos, 23 Agustus 2012, halaman 5)