PBSID FKIP UMS

Minggu, 23 September 2012

Bahasa Remaja


 Oleh: Laili Etika Rahmawati, S.Pd., M.Pd.
Terlepas dari perdebatan antara kelompok yang pro dan kontra, keberadaan bahasa remaja adalah sebuah fakta bahasa yang patut dicermati. Sebagai sebuah bentuk variasi bahasa, bahasa remaja adalah sebuah fenomena yang akan terus berubah dan terus ada yang dicoraki dengan pola dan karakteristik yang berbeda seiring dengan perubahan umat manusia. Perubahan itu akan selaras dengan zaman, teknologi, dan media yang dipakai. Penggunaan bahasa Indonesia oleh remaja seringkali mengalami “abreviasi”.
Menurut Kridalaksana (2008) abreviasi adalah proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Peristiwa abreviasi kata atau ujaran dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu singkatan, perubahan huruf, dan pemakaian kata lain.
Singkatan merupakan hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Misalnya: Aq = aku; tw = tahu; dy = dia; jLz = jelas; Kyx = kayaknya; lw =kalau; gi = lagi; nda = ndak = tidak; makasih = terima kasih.
Perubahan huruf terdiri atas pergantian huruf dan penambahan huruf. Pergantian huruf misalnya: s ditulis z (uzh =usah; jlz =jelas); t ditulis d (skid = sakit; lwad = lewat; sngad =sangat); y ditulis i (saiank = sayang); au atau ua ditulis w (lw = kalau; sswtu = sesuatu; ia ditulis y (dy = dia); ng ditulis k (yk = yang); dan nya ditulis x (jmplx = jempolnya). Penambahan huruf misalnya: aq….Gk…Tauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….mw….nuliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiizzzzz..ap@? (aku tidak tahu mau menulis apa?)    
Pemakaian kata lain ialah pemakaian kata selain dari bahasa Indonesia untuk sebuah konsep yang sebenarnya sudah ada padanannya di dalam bahasa Indonesia. Misalnya: Hehehe …ol lwad hp ue? (Hai online lewat handphone ya?). pemakaian kata ol =online dan hp =handphone menunjukkan pemakaian istilah bahasa Inggris yang dapat digantikan oleh daring (dalam jaringan) dan tg (telepon genggam).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa seorang penutur dapat memutuskan untuk memakai sebuah bentuk bahasa ditentukan oleh konteks. Remaja yang menggunakan bahasa remaja biasa disebut dengan komunitas Alay alias anak layangan.(Solopos, 13 September 2012, halaman 5)